Sekali lagi tulisan ini terinspirasi dari khotbah di
gereja
Temanya adalah “Memberi dari Kekurangan”
Yang dijadikan pedoman adalah cerita mengenai
seorang janda yang memberi persembahan dari keseluruhan uang yang ia punya
Sebenarnya mengenai memberi ini, saya punya
pemahaman yang sedikit berbeda yang saya sendiri tidak tahu ini benar atau
salah
Mungkin suatu saat ketika bertemu dengan seseorang
yang ahli dalam hal ini dapat saya tanyakan
Saya tidak mau membiasakan diri saya memberikan uang
kepada pengemis yang masih terlihat kuat dan mampu untuk bekerja
Saya juga tidak mau membiasakan diri memberi kepada
pengamen yang bernyanyi asal-asalan
Menurut saya ini bukan sekedar masalah memberi saja
tapi masalah mental
Terutama bagi pengemis dan pengamen yang masih dibawah
umur
Apakah mereka akan menghabiskan seluruh hidup hanya
dengan meminta-minta?
Apalagi ditambah kabar bahwa mereka itu terorganisir
oleh seseorang yang merupakan “bos” mereka
Saya lebih memilih untuk tidak mengambil kembalian
Rp. 500 dari sopir angkot, Rp.1000 dari bapak penjual roti, atau dari bapak
pengantar makanan
Well, once again I don’t know whether its wrong or
right. I just do what I believe ;)
Comments
Post a Comment