Museum
pertama yang saya kunjungi adalah Ullen Sentalu yang terletak di Kaliurang
Kaliurang
terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, 25 kilometer dari pusat kota dengan
waktu tempuh kurang lebih satu jam
Banyak
tempat wisata disana, salah satunya adalah museum swasta Ullen Sentalu
Dulunya
tempat dibangunnya museum ini adalah hutan pinus. Hingga sekarang, suasana
hutan masih terasa. Tempatnya sangat sejuk dengan udara yang segar.
Dengan
membayar Rp. 30.000 untuk dewasa dan Rp. 15.000 untuk anak-anak dibawah 16
tahun, pengunjung dapat mengetahui seluk beluk Kerajaan Mataram yang kelak
pecah menjadi 4 kerajaan beserta raja-raja, permaisuri, putra dan putri kerajaan.
Dua kerajaan terletak di Yogyakarta dan kedua lainnya terletak di Surakarta.
Selama
didalam museum, pengunjung ditemani seorang guide
yang bertugas memberi penjelasan.
Jika
anda mengoogling foto-foto Ullen Sentalu memang tidak terlalu banyak karena
didalam museum tidak diperkenankan untuk mengambil foto. Hanya pada tempat-tempat
tertentu yang akan diberitahu oleh guide.
Yang
pertama diperkenalkan adalah mengenai sejarah dari Ullen Sentalu yang merupakan
museum swasta yang dimiliki oleh salah satu kerabat kerajaan yang mulai dibuka
untuk umum pada tahun 2007.
Setelah
itu diperlihatkan alat musik khas Jawa yakni Gamelan dan sebagainya beserta
lukisan tari-tarian.
Lalu
dilanjutkan dengan lukisan raja-raja mulai dari masa kecil hingga dewasa
beserta istri mereka dan juga anak dan cucunya.
Beberapa
lukisan menunjukkan para putri kerajaan yang fashionable. Yes, fashionable!
Kalung-kalung yang indah beserta koleksi topi-topi. Gaya berbusana tradisional
Jawa dipadu dengan gaya Eropa.
Ada
juga bagian yang menunjukkan surat-surat salah seorang putri dan puisi-puisi
yang dibuatnya.
Terdapat
ruangan yang meyimpan koleksi batik. Daripadanya saya mengetahui perbedaan
batik Yogyakarta dan batik Surakarta.
Batik
Yogyakarta adalah batik dengan warna putih dan coklat sementara batik Surakarta
berwarna coklat kekuningan.
Sayapun
tersadar selama ini saya lebih menyukai batik Surakarta.
Batik-batik
tersebut merupakan koleksi langka sehingga dijaga sedemikian rupa misalnya
dengan disimpan dalam kotak kaca dan diatur suhunya.
Guide memberi penjelasan mengenai arti
dari setiap batik dan biasanya digunakan pada acara apa saja karena biasanya
beda acara, batik yang digunakan berbeda karena makna tiap batik tidak sama.
Sambil
beristirahat, pengunjung disuguhkan minuman yang konon untuk awet muda. I wish my 21-forever years old comes true
lol.
Diruangan
tempat minum ini diperbolehkan mengambil foto.
Lalu
dilanjutkan dengan melihat stupa dan lukisan-lukisan lagi beserta penjelasannya.
Yang
terakhir ada replika Candi Borobudur yang dipasang miring untuk menunjukkan
kondisi budaya Indonesia saat ini. Bahwasanya budaya kita mulai tergerus oleh
budaya asing.
Inilah
bagian terakhir yang menakjubkan. Sayang sekali kalau budaya kita yang indah
ini hancur begitu saja.
Museum
ini juga memiliki restoran dan tempat membeli cinderamata.
Ahh
museum yang sangat indah.
Saya
mengunjunginya dua kali dalam bulan ini hehe.
Saking
sukanya, saya mau saja ketika diajak pergi untuk kali kedua dalam jangka waktu
seminggu.
Dalam
bayangan saya, museum akan sangat membosankan.
Ternyata
saya salah.
Esti
Tanaem
Yogyakarta,
30 Desember 2013
Comments
Post a Comment