Yogyakarta
sendu akhir-akhir ini
Kelihatannya
musim hujan telah tiba
Mendung
disertai dingin setiap hari merangsang nafsu makan lalu lapar pun sering
menyerang ditengah malam
Lapar
itu salah satu hal yang sungguh tidak menyenangkan
Lapar
merenggut segala semangat dan konsentrasi bagi saya
Lalu
mengingatkan saya pada hal yang menjadi pemikiran saya dahulu
Bahwa
pendidikan dan pangan itu harus saling melengkapi didukung dengan kesehatan
Kenapa?
Bagaimana
dapat seseorang belajar dengan baik jika perutnya lapar?
Sedihnya,
Indonesia belum memperhatikan kedua hal ini dengan baik
Pangan
dan pendidikan juga kesehatan itu masih problematik dinegeri ini
Wajib
belajar kita masih 9 tahun sehingga SMA harus bayar
Daripada
bayar lebih baik tidak sekolah dan membantu orang tua mencari uang
Karena
lebih penting ada makanan daripada sekolah
Alasan
ini dikemukakan oleh seorang penjual kacang rebus di Soe yang ditemui Papa saya
dijalan
Pendidikan
ini berdampak hampir ke segala aspek
Kenapa
TKI diluar negeri sering disiksa? Salah satu jawabannya adalah pendidikan yang
rendah
Selalu
ada perbedaan antara yang mengenyam pendidikan dengan yang tidak karena
pendidikan itu membuahkan kesadaran
Kembali
lagi ke lebih baik ada makanan daripada sekolah. Agar makanan tersedia maka
bekerja daripada sekolah
Mengenai
pangan, liberalisasi pertanian ini membunuh petani kita
Bagaimana
dapat petani menyekolahkan anaknya jika kebijakan impor membuat harga pangan
lokal merosot tajam bahkan dibawah harga yang ditetapkan pemerintah?
Bagaimana
dapat seorang sarjana pertanian mau berkecimpung didunia pertanian jika tidak
menjanjikan? Tidak heran mereka lebih memilih kerja di bank dengan penghasilan
menggiurkan walau ilmu selama empat tahun sia-sia.
Jangankan
beras, garam saja kita impor padahal air laut sebagai bahan dasar melimpahrua
dinegeri ini
Inilah
menjadi alasan kuat saya mengangkat tema liberalisasi garam ini sebagai tesis
yang sedang saya susun
Pemerintah
belum dapat membuat kebijakan yang menyejahterakan rakyat
Saya
sering berpikir bahwa jangan meletakkan harapan kesejahteraan sepenuhnya pada
tangan pemerintah tapi sebagai individu kita juga harus berkerja keras
Namun
jika kebijakan luar negeri pemerintah menyengsarakan rakyat lalu siapa yang
akan melindungi rakyat Indonesia walau sudah berusaha?
Siapapun
yang akan menjadi pemimpin Indonesia yang baru semoga membawa Indonesia kearah
yang lebih baik, yang lebih pro rakyat kecil dan semoga tesis yang saya cintai
ini berguna serta besok di-acc dosen. Amin.
Esti
Tanaem
Yogyakarta,
17 Juli 2014
Comments
Post a Comment