Happy new year!
Sepertinya
sedikit telat tapi semoga tidak mengurangi maknanya.
Akhir
tahun 2013 dan awal tahun 2014 saya menuliskan suatu sejarah yang berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya.
Natal
tahun 2013 yang lalu saya merayakannya diperantauan untuk pertama kalinya. Tidak
bersama saudara tetapi bersama beberapa orang teman. Tidak pergi ke rumah
saudara-saudara, hanya pergi ke gereja lalu ke sebuah mall lalu pulang dan kembali mengerjakan tugas.
Tahun
baru 2014, saya diajak oleh dua kelompok pertemanan saya untuk pergi ke dua
tempat yang berbeda namun saya memilih untuk merayakan dikost saja bersama
suatu buku yang bagus. Tahun-tahun sebelumnya ketika saya masih kecil tentu
saya merayakan dirumah, meniup terompet lalu kembali tidur setelah sebelumnya
berdoa bersama saudara-saudara.
Ketika
saya beranjak dewasa, saya mulai keluar dengan teman ke pusat perayaan tahun
baru dikota kecil tempat saya tinggal tentu setelah berdoa bersama keluarga.
Tahun
ini, saya menonton kembang api dari jemuran kost saya. Sendiri. Dalam kegelapan.
Saya tidak merasa sedih dan kesepian. Entah mengapa.
Mungkin
saya memang memerlukan hal-hal seperti ini sesekali untuk sadar bahwa sehebat apapun,
seseorang tetap membutuhkan keluarga dan teman.
Walaupun
tidak sedih, tapi saya tidak ingin mengulanginya lagi. Waktu mendatang, semoga
ada kesempatan untuk pulang.
Hari
ini, dihari ke 16 dari 365 hari ditahun 2014, saya kembali mengingat tahun yang
lalu.
Tahun
ketika saya diwisuda menjadi seorang Sarjana Ilmu Politik dari jurusan Ilmu
Hubungan Internasional setelah 4,3 tahun berjuang. Tiga bulan itu tidak pernah
saya anggap karena bukan kesalahan saya sehingga saya telat lulus ;)))
Tahun
yang merubah jalan saya. Saya merencanakan jalan itu tetapi semesta bersama
Papa saya berkonspirasi untuk merubahnya menjadi jalan ini.
Tahun
dimana saya dimarahi dengan oleh Papa saya terdahsyat dalam beberapa tahun
belakangan ini hanya karena masalah pengiriman barang dan kengototan saya untuk
tidak mendaftar di UGM.
Tahun
ketika saya belajar untuk tidak marah dan benci pada orang tua atas setiap kata
yang mereka keluarkan.
Tahun
dimana saya berterima kasih kepada Papa saya atas “paksaan”nya agar saya
memilih jalan ini. Karena saya ternyata menyenanginya.
Tahun
dimana saya bisa melakukan sesuatu karena the
power of kepepet. Biarkan menjadi rahasia saya ;)
Tahun
ketika saya mulai melayani di gereja sebagai Tim Usher dan Kolektan. Terkadang saya menyesal karena tidak
melakukannya sedari dulu.
Tahun
yang penuh dengan penolakan. Baik pekerjaan maupun beasiswa.
Tahun
ketika saya pada akhirnya merelakan segala penolakan dan moving on.
Saking
frustasi pada penolakan, ketika saya memutuskan untuk mendaftar di UGM lalu
belajar untuk mengikuti tes, saya juga mempersiapkan hati pada ketidaklulusan.
Its UGM, dude! That
was what I thought at that moment. I was not sure and believed in myself.
Belajar
pun bukan untuk berusaha lulus, tapi agar ketika saya tidak lulus setidaknya
saya telah berusaha.
Dan
ketika lulus, masuk ke peminatan yang menyenangkan bersama teman-teman yang
menyenangkan pula, saya bahagia.
Luluspun
bukan karena hebat saya, tapi karena Tuhan mengasihi saya.
Mungkin
yang saya hasilkan ditahun lalu belum ‘apa-apa’.
Saya
belum menjadi seorang yang luar biasa.
Tapi
tahun baru ini ada harapan timbul dalam hati.
I don’t know
what tomorrow brings.
All I know is
something bigger is waiting for me there.
Well, surprise
me, life! ;)
Esti
Tanaem
Yogyakarta,
16 Januari 2014
Comments
Post a Comment