Hari ini memasuki hari ke 16 di Buli
bersamaan dengan puasa hari pertama. Buli merupakan ibu kota Kecamatan Maba,
Kabupaten Halmahera Timur yang terletak di Provinsi Maluku Utara. Kabupaten
Halmahera Timur baru berusia 12 tahun.
Kondisi saya baik sejauh ini, masih bisa
bertahan dengan segala keterbatasan.
Tidak hanya keterbatasan, banyak juga
hal-hal menarik yang saya temui.
Pada umumnya pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat Halmahera Timur masih minim.
Padahal daerah ini kaya akan sumber daya
alam. Daerah ini adalah daerah tambang yang sempat ramai sebelum UU Minerba
yang melarang mengekspor produk mentah. Oleh karena smelter belum dibangun maka beberapa perusahaan tambang tutup. Ini
berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar baik.
Listrik hanya menyala dari jam 18.00-07.00
WIT bahkan selama satu minggu terakhir ini listrik padam 24 jam. Baru saja
menyala tadi malam. Warga yang mampu membeli genset dapat menggunakan listrik
dimalam hari namun kebanyakan warga tidak mampu. Ada pemandangan yang miris
ketika dua kios kecil berseblahan, yang kiri terang benderang karena punya
genset sedangkan sebelahnya menggunakan lilin sebagai penerang karena tidak
memiliki genset.
Air untuk kebutuhan sehari-hari
bersumber dari sungai dan sumur. Ada pipa yang menghubungkan air dari sungai ke
rumah warga namun tanpa penyaringan sehingga air keruh. Di waktu hujan, air dari
sungai tersebut semakin keruh.
Transportasi umum disini ada mobil-mobil
sewaan untuk jarak yang jauh sedangkan untuk jarak dekat ada Becak motor atau
bentor. Bentor ini adalah kesukaan saya.
Produk kebutuhan sehari-hari tersedia
begitu pula dengan makanan ringan namun sangat disarankan selalu memperhatikan
tanggal kadaluwarsa.
Banyak orang Jawa yang membuka warung makan
disini dengan menu kebanyakan ikan karena dekat pantai.
Sinyal handphone disini kurang bagus sehingga sulit untuk mengakses
internet.
Uang logam Rp. 500 tidak berlaku disini.
Saya tidak memahami mengapa. Jadinya, permen sebagai salah satu alat
pembayaran.
Cuaca disini mudah berubah. Hujan turun
dipagi hari namun matahari bisa sangat terik disiang harinya lalu hujan lagi
dimalam hari. Ini kurang baik untuk kesehatan sehingga saya membiasakan minum
vitamin.
Selama disini, beberapa kali pernah
tidak enak badan namun saya segera minum obat dan vitamin. Pernah juga sakit
perut yang saya duga karena makanan tapi tidak tahu makanan yang mana. Saya atasi
dengan minum air kelapa hijau. Badan juga sempat gatal-gatal karena air yang semakin
keruh dikala hujan turun.
Agas adalah salah satu serangga selain
nyamuk yang perlu diwaspadai disini. Gigitan binatang kecil ini menyerupai
nyamuk namun membuat badan bentol-bentol
merah. Ada sedikit darah ikut keluar ketika serangga ini sedang menggigit. Untung
tidak menimbulkan penyakit berbahaya. Agak menyeramkan. Lotion anti nyamuk sangat disarankan untuk menghindari gigitan
kedua serangga ini.
Namun, keterbatasan-keterbatasan yang
saya hadapi masih bisa diatasi serta diantaranya ada banyak hal menarik.
Disini dekat sekali dengan pantai hanya
dengan berjalan kaki 5 menit. Pasir pantai disini rata-rata berwarna hitam yang
kurang saya sukai namun berada di pantai itu tetap sangat menyenangkan.
Pantainya tetap sama namun langitnya selalu berubah-ubah. Ini sangat saya
sukai.
Masyarakat disini sangat ramah.
Anak-anak sering mengucapkan salam kepada kami atau memberi senyum ketika bertemu
di jalan.
Ada satu kebiasaan menarik disini yaitu
masyarakat menggunakan laut dan darat sebagai penunjuk arah. Jika rumahnya
didekat laut maka ketika ditanya dimana letak rumahnya akan menjawab “di laut”.
Begitu pula jika rumahnya dibagian yang dekat darat.
Di gereja ada satu persembahan yang
menarik perhatian saya: Persembahan pendidikan. Saya belum tahu jelas bagaimana
alokasi dana ini namun ketika gereja sudah memberi ruang untuk jemaat saling
membantu dalam dana pendidikan merupakan hal yang luar biasa. Ada kesadaran
bahwa pendidikan itu penting.
Ketika training di Jakarta pada bulan Mei yang lalu, seorang fasilitator
berkata bahwa selama di ADP kalian bersiap-siap akan disapa oleh anak-anak di jalan.
Ini sangat saya tunggu-tunggu dan terwujud dalam perjalanan ke gereja beberapa
hari yang lalu. Seorang anak SD dan seorang anak remaja, dalam waktu yang
berbeda, menyapa saya “Kaka Estiiiii”. Terharu! :’)
Diterima disuatu kelompok itu masih
menjadi hal yang menyenangkan bagi saya.
Masih ada 12 hari lagi disini sebelum pindah ke ADP
lain.
Masih ada waktu lagi untuk belajar
bersama masyarakat Halmahera Timur.
Esti Tanaem
Buli, 18 Juni 2015
Comments
Post a Comment