Skip to main content

Ketidakpuasan yang Positif


Mendapati sebuah tulisan di Tempo Interaktif bahwa gaji anggota DPR adalah lebih dari 62juta Rupiah yang terdiri dari gaji pokok dan juga tunjangan namun belum termasuk uang rapat, transport, perjalanan dinas dan fasilitas lainnya.
Terlintas dipikiran seorang teman yang tidak bisa kuliah karena tidak mempunyai uang.
Merupakan dua kisah yang kontras!
Terkadang saya tidak dapat mempercayai sifat mereka para wakil rakyat yang sudah bergaji besar namun masih menggelapkan uang yang seharusnya bukan milik mereka dan memang ketika kita tidak berusaha untuk bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang ada maka kepuasan akan jauh dari kehidupan kita.

Berbicara mengenai kepuasan, kepuasan itu harus berada pada posisi seimbang yang tidak berlebihan namun juga tidak berkekurangan.
Puas yang berlebihan dapat membuat lengah dan tidak siap dalam menghadapi hal-hal yang terjadi didepan.
Puas yang berkekurangan dapat menghalalkan yang haram untuk mencapai kepuasan yang tiada habisnya.

Saya selalu merasa berkekurangan dalam pakaian, tas, sepatu, uang dll padahal semuanya sudah ada dan bahkan lebih jika dibandingkan dengan orang-orang yang hidup serba berkekurangan. Ini contoh puas yang berkekurangan.
Puas yang berlebihan misalnya ketika sudah selesai magang dan merasa puas karena telah menyelesaikan kegiatan magang dan bermalas-malas dalam mengerjakan laporan (curhat K).

Ketika bertemu orang-orang yang pandai, saya selalu merasa saya masih belum mempelajari banyak hal, mengetahui sedikit hal dan belum membaca banyak buku. Saya suka dengan ketidakpuasan yang seperti ini karena dengannya saya bisa memacu untuk terus belajar dan membaca dan sadar bahwa diatas awan masih ada langit.

Terkadang saya selalu memuja mereka yang saya kategorikan berambut indah dan berwajah menarik dan bertanya-tanya bagaimana mereka bisa tercipta sedemikian rupa. Disaat yang lain saya melihat anak yang lahir dengan kondisi tubuh tidak sempurna yang harus tetap bertahan dengan kekurangan tersebut. Saat ini, saya mengingat kedua hal itu dan menyadari saya seharusnya puas dengan apa yang sudah Tuhan ciptakan untuk saya.

Saya menghabiskan seminggu liburan bersama orang tua yang mana kita tingga berbeda kota. Saya rasa satu minggu berlibur itu tidak cukup namun jika libur terus menerus kapan saya belajar untuk menggapai masa depan cerah dan kapan orang tua bekerja untuk saya dapat bersekolah dan memenuhi kebutuhan kami dan juga untuk dapat berlibur bersama dilain waktu. Untuk hal ini, saya harus memaksakan diri untuk puas agar dapat mencapai kepuasan lainnya yang tentu saja adalah kepuasan yang positif semisal diwisuda tepat waktu dan atau berlibur ditempat-tempat yang belum kami kunjungi sebelumnya secara bersama.

Banyak hal yang seringkali terjadi ketidakpuasan didalamnya namun tidak semua dari hal-hal tersebut adalah ketidakpuasan yang buruk. Ketidakpuasan dapat digunakan untuk mencapai kepuasan lainnya, ketidakpuasan dapat dijadikan sebagai pembanding agar dapat bersyukur dan ketidakpuasan dapat dijadikan pemicu untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari hal-hal negatif terdapat hal positif jika kita mau mengubahnya.

Comments

  1. setuju esst...^^
    puas yang positif itu perlu supaya kita selalu memperbaiki diri lebih baik...
    disamping itu juga tetap harus bersyukur..

    ReplyDelete

Post a Comment