Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

10 Most Important People in Life

Disuatu course yang adalah bagian dari capacity buiding bagi staf ditempat saya bekerja, ditutup dengan refleksi. Saya bersyukur bisa bekerja di International NGO yang banyak capacity building dan juga refleksi. Refleksi itu penting sekali karena ternyata banyak pembelajaran yang kadang lupa kita ambil dari semua yang sudah dilakukan. Nah, pada refleksi itu ada satu bagian dimana fasilitator meminta kami untuk menuliskan 10 orang paling penting dalam hidup. Detik pertama saya langsung menulis dengan mudah 4 orang yang paling berarti dalam hidup saya pada no urut 1 hingga 4. Who’s next? Satu menit. Dua menit. Waktu berlalu dan saya belum menemukan orang ke 5. Setelah memutar kembali beberapa kejadian menyenangkan akhirnya saya menuliskan orang ke 5 dan 6. Berpikir lagi. Saya pun mengingat kembali dua orang yang saya nyaman ketika ada mereka. Mereka berada pada urutan ke 7 dan 8. Berpikir lebih lama lagi, dan karena saya sudah terlalu lama berpikir, saya pun memutuska

Children and Happiness

Pekerjaan saya memberi banyak alasan untuk bertemu dengan masyarakat, mitra (pemerintah, gereja, LSM lain, dll) terlebih anak-anak. Selalu ada hal menarik ketika pergi untuk mengunjungi masyarakat. Kali ini saya ingin berbagi beberapa cerita tentang anak-anak yang saya temui. Mulai dari anak pimpinan ditempat saya bekerja yang kadang main ke kantor. Dua anak perempuan ini biasanya datang disore hari dengan wajah segar sehabis mandi. Kedatangan mereka membawa kesegaran bagi para staf yang sudah lusuh setelah bekerja seharian. Bagi saya, mereka datang dengan membawa sukacita. Mungkin seperti inilah rasanya menemukan oase ditengah padang gurun. Rasa sukacita juga saya rasakan ketika menghadiri sebuah pameran sekolah disalah satu sekolah dasar di desa layanan kami. Diruang kelas 1, beberapa anak diberi tugas untuk menjaga stan-stan kecil dikelas tersebut. Menarik karena mereka menggunakan pakaian adat Sikka yang terlihat sangat anggun sekaligus menggemaskan.

I Lost My Pen

Sounds like not a big deal, huh? But it is (for me). Hehe. History Bermula dari ketidaksukaan saya akan gonta-ganti sesuatu yang sebenarnya bisa dipakai berulangkali serta ketidaksukaan dalam pembelian sesuatu yang berulang-ulang padahal bisa dibeli sekali. Saya memiliki sebuah bolpen yang saya gunakan sejak semester 3 (sekitar tahun 2010). Awalnya, sahabat karib saya yang menggunakannya duluan dan bilang bahwa bolpen itu enak dipakai. Well , kenyataannya benar-benar enak walau tidak mengubah my-own-font (re: tulisan jelek saya) serapih Times New Roman. Saya pun membeli. Warna hitam. Tinta 0,5. Setiap hari saya menggunakan bolpen itu. Jika diperlukan tentunya. Saya sangat menjaga dan memperhatikan keberadaannya karena ketidaksukaan saya diatas. Suatu ketika saya lupa membawa pulang bolpen itu setelah belajar kelompok. Saya mengirim sms ke teman saya untuk menanyakan bolpen itu. Iya, ini agak tidak sopan tapi ah sudahlah, terlanjur terjadi. Untungnya, teman say

The First Seven Month in Maumere

Kota kesekian di Indonesia yang saya kunjungi sekaligus tempati selama kurang lebih 2 tahun adalah Maumere. Jika mengikuti cerita saya sebelumnya (hehe), saya diterima disebuah International Non-Governmental Organization (INGO) atau yang biasa kita kenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Singkat cerita, saya ditempatkan di Area Development Program Sikka yang mana berkantor di ibu kota Kabupaten Sikka yaitu Maumere. Penempatan ini cukup menjawab keinginan saya untuk pulang setelah bertahun-tahun belajar di Jawa. Kenapa cukup? Karena sejatinya saya ingin kembali ke Timor namun ternyata masih dikasih kesempatan untuk belajar diwilayah lain. Tanggal 6 September 2016 saya mendarat dengan selamat di Bandara Frans Seda Maumere. Hal pertama yang dilakukan tentunya selfie di bandara dan mengupload ke instagram. Saya berproses untuk mengenal tempat-tempat, mengingat jalan ke kantor, tahu dimana gereja, dimana tempat membeli makan, membeli segala keperluan, dimana ATM dsb. A

Tuhan Tidak Sejahat Itu

Suatu hari, seseorang mengalami sakit yang cukup parah. Sakit yang didiagnosis berbeda-beda oleh beberapa dokter. Sakit yang membuat orang-orang mulai berspekulasi berdasarkan pengalaman dan pendapat mereka sendiri. Pengobatan pun dilakukan baik modern maupun tradisional. Hingga ada yang berkata bahwa sakit ini karena dosa orang tersebut juga dosa kedua orangtuanya. Pertanyaan pun muncul, apakah Tuhan sejahat itu? Manusia memang tidak luput dari dosa. Lalu berdoa untuk minta ampun. Tuhan pun bilang bahwa jika mengaku dengan sungguh maka Ia akan menghapus dosa kita. Lalu, apakah jika seseorang sakit parah, atau mengalami pergumulan yang berat lainnya karena Tuhan tidak menghapus dosanya dan menghukumnya? Ya, memang ada hal yang harus manusia tanggung sebagai akibat dari perbuatan dosanya tapi apakah harus seberat itu? Pertanyaan ini tersimpan beberapa lama tanpa ada jawaban. Suatu hari, pada devosi pagi di kantor, seorang teman memberi kesaksian mengenai saudaranya ya