Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2014

Nyai Ontosoroh

Setelah membeli Bumi Manusia, buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, empat bulan yang lalu akhirnya saya selesai membacanya malam kemarin. Butuh waktu yang lama karena ke(sok)sibukan saya misalnya menonton, mengerjakan tugas, membaca materi kuliah dan lain-lain. Pada awalnya saya mengalami sedikit kesusahan dalam memahami novel tahun 1980an ini karena bahasa Indonesia yang jadul tapi lama kelamaan makin terbiasa. Cerita ini sangat menarik dan pada akhirnya sungguh membuat penasaran untuk segera melanjutkan ke buku berikutnya. Ada seorang tokoh yang sangat saya kagumi yaitu Nyai Ontosoroh yang adalah istri simpanan seorang Belanda bernama Tuan Mellema. Dari hubungan itu, mereka mempunyai dua orang anak yaitu Robert Mellema dan Annelies Mellema. Nyai Ontosoroh ini diceritakan sebagai wanita yang sangat mandiri, berkeinginan kuat untuk mengetahui sesuatu, selalu mau belajar dan rajin membaca. Beliau adalah contoh wanita kuat, berani, tegar dan berprinsip

Biarkan Cinta Itu Tumbuh

Sebuah pertanyaan timbul ketika menyelesaikan Ujian Tengah Semester jam 07.00 pagi ini yang dimulai terlambat 15 menit karena pengawas datang terlambat: Ini ujian tengah semester ataukah ujian hidup? Hari ini ada dua ujian yaitu jam 07.00 dan jam 13.00. Ujian yang pertama adalah mata kuliah yang ujian open book saja belum tentu saya bisa jawab apalagi closed book seperti tadi. Untungnya bisa jawab entah benar atau tidak. Mata kuliah ini adalah tentang hukum. Seorang teman les Bahasa Inggris saya disuatu Lembaga Kursus Bahasa Inggris di Surabaya ketika saya masih SMA dulu, berkata bahwa kuliah yang paling gampang adalah jurusan Hukum. Waktu itu saya sangat percaya. Ketika kuliah Strata II ini yang mana jurusan yang saya pilih adalah lintas disiplin. Kita mempelajari ekonomi, hukum, pertanian dan tentu politik yang menjadikan saya tidak lagi menganggap remeh suatu bidang ilmu karena untuk menjadi maju, semua bidang ilmu ini harus saling melengkapi. Belajar hukum tidak sega

Membasuh Kaki

Delapan jam pertama dihari ini diwarnai dengan tiga cerita beda rasa. Jengkel, pilu, prihatin. Lima menit setelah tiba di kampus, ketua kelas memberitahu bahwa kelas jam 7.30 itu ditunda. Dosen mengirim sms padanya pukul 06.00 dan karena sang ketua kelas tidak terbiasa melihat hp waktu bangun tidur maka tidak ada pemberitahuan ke teman-teman termasuk saya. Saya jengkel. Sambil berjengkelria, saya membuka Path dan melihat posting -an tentang cerita Wulan Guritno yang bertemu dengan mama sang anak korban pelecehan seksual di JIS. Membaca ceritanya memilukan hati. Lalu teman lain di Path yang sedang hamil memberi komentar tentang kisah seseorang yang marah karena seorang wanita hamil meminta tempat duduknya di kereta dengan alasan dia (yang marah) saja jika ingin dapat tempat duduk datang lebih pagi. Masa’ wanita hamil tersebut tidak bisa demikian? Saya prihatin seperti kebiasaan Presiden kita. Karena kelas ditunda maka saya pulang dan melanjutkan tidur yang belum genap 8 jam