Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Pulau Tidore

When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it Paulo Coelho Selepas jam kerja hari ini, saya membuka blog tercinta ini dan mendapati banyak cerita belum dibagi. Terakhir saya berbagi tentang Pulau Hiri yang setelahnya ada beberapa cerita menarik (menurut saya) yang ingin saya abadikan melalui tulisan. Saya memulai dengan petualangan saya dan teman-teman ke Pulau Tidore pada tanggal 26 Juli 2015. Quote dari Paulo Coelho membuka tulisan ini karena itu benar terjadi. Pada awalnya, kami tidak memiliki weekend lagi yang dapat kami gunakan untuk mengunjungi pulau bersejarah ini. Saya sedih dan mulai merelakan bahwa keinginan untuk mengunjungi Ternate dan Tidore, seperti yang saya pelajari di SD GMIT Soe 2 bahwa Termate selalu berpasangan dengan Tidore, tidak lengkap. Diluar dugaan, Gunung Gamalama erupsi sehingga kegiatan Super Camp yang rencananya diadakan hingga tanggal 27 Juli itu ditunda ke bulan Agustus. Tidak dipungkiri kalau sa

Cross the Sea to Hiri Island

Salah satu tugas selama magang dalam dua bulan terakhir ini adalah live in . Live in bertujuan untuk lebih mengenal masyarakat serta belajar dari mereka. Saya mendapat wilayah dampingan yang terletak di Pulau Hiri. Sejujurnya, saya belum pernah mendengar Pulau Hiri sebelumnya. Pulau ini berjarak tempuh sekitar 20 menit dengan menggunakan perahu kayu atau speed boat . Biayanya Rp. 5.000 untuk perahu kayu dan Rp. 10.000 untuk speed boat . I was so excited to go there! Perjalanan dimulai dengan menumpang perahu kayu setelah menunggu beberapa saat. Saat itu cukup bergelombang sehingga perahu sangat miring dan menjadi sejajar dengan air laut yang sangat biru dihari itu. Berasa naik kora-kora atau galleon dikehidupan nyata haha. Saya sedikit berdebar-debar walau menggunakan pelampung. Pada hari itu yang menggunakan pelampung hanya saya dengan seorang teman. Masyarakat belum menganggap pelampung itu perlu bahkan mereka menganggap laut dihari itu bukan (ber)gelombang tapi

Batu, Roti dan Yusuf

Devosi pagi adalah aktivitas pertama disetiap hari kerja di WVI. Saya banyak belajar juga mendapat kekuatan baru. Dua hari terakhir ini devosi yang sangat menguatkan dan sangat sesuai dengan apa yang sedang saya alami. Oleh karena saya tidak percaya pada kebetulan maka devosi-devosi ini tentu ada maksud. Pertama, devosi yang diambil dari Matius 7:7-11 mengenai Hal Pengabulan Doa. Ada satu quote dari seorang staf senior “Terkadang kita membutuhkan waktu untuk melihat batu itu sebagai roti.” Maksudnya, secara sederhana, adalah terkadang kita tidak langsung menyadari dan menerima apa yang Tuhan biarkan terjadi pada kehidupan kita. Padahal, apapun yang Tuhan ijinkan itu adalah yang terbaik yang kita butuhkan. Kita masih sering bertanya kenapa ini terjadi, kenapa saya dan sebagainya padahal ada hal baik dibalik semua itu. Untuk menyadarinya, kita kadang (dalam kasus saya, sering) membutuhkan waktu untuk akhirnya menyadari kalau itu adalah yang terbaik. Kedua, mengenai Yusuf

The 20 Minutes Flight to Ternate

Setelah sebulan, saya bersama keempat teman lainnya meninggalkan Buli-Halmahera Timur menuju Ternate. Ternate dulu merupakan ibu kota Provinsi Maluku Utara yang kini telah berganti ke Sofifi. Penerbangan dari Bandara Buli ke Bandara Sultan Babullah Ternate memakan waktu sekitar 20 menit. Ini merupakan penerbangan yang paling menyeramkan dalam sejarah perjalanan udara yang pernah saya alami. Pesawat yang kami tumpangi merupakan pesawat kecil yang beberapa kali bermanuver dan ini cukup menegangkan. Beberapa kali pesawat mengalami turbulensi. Saat akan mendarat, angin sangat kencang. Menurut informasi, cuaca di Ternate memang sering demikian. Pada waktu itu, pesawat tiba-tiba terhempas (karena angin yang sangat kencang tersebut). Para penumpang berteriak seketika. Saat itu saya teringat cerita seorang staf senior yang pernah terbang dengan sebuah pesawat yang dikemudikan oleh seorang pilot yang sesaat sebelum terbang, masih sempat latihan (terbang). Beliau kemudian

An Hour Walking to Tanjung Buli Beach

Ternyata tidak semua pantai di Halmahera Timur berpasir hitam. Pantai Tanjung Buli salah satu diantaranya. Untuk sampai kesana, bisa menggunakan perahu atau jalan kaki menyusuri pantai. Kami memilih untuk jalan kaki dengan waktu tempuh kurang lebih sejam karena air laut pasang. Perjalanan tidak melelahkan karena view yang sangat bagus dan sedikit menantang karena menyeberang air laut yang pasang dengan tinggi selutut orang dewasa. Kami berangkat dari Desa Buli Asal bersama dengan beberapa pemuda-pemudi dari desa itu. Hujan rintik-rintik ketika kami dalam perjalanan kesana A cloudy day On the way to Tanjung Buli. Ini laut yang sedang surut. Feels like Im jumping on the sea. Ada mata air yang sangat segar dalam perjalanan dihari itu. Tiba disana kami langsung foto-foto tentu saja sama seperti dalam perjalanan tadi. Laut sedang tenang sekali saat itu. Seperti bukan laut tapi sungai. Sama sekali tidak ada ombak. Jika kami tidak bersuara, hanya ada ki

Enam Belas Hari di Halmahera Timur

Hari ini memasuki hari ke 16 di Buli bersamaan dengan puasa hari pertama. Buli merupakan ibu kota Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur yang terletak di Provinsi Maluku Utara. Kabupaten Halmahera Timur baru berusia 12 tahun. Kondisi saya baik sejauh ini, masih bisa bertahan dengan segala keterbatasan. Tidak hanya keterbatasan, banyak juga hal-hal menarik yang saya temui. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Halmahera Timur masih minim. Padahal daerah ini kaya akan sumber daya alam. Daerah ini adalah daerah tambang yang sempat ramai sebelum UU Minerba yang melarang mengekspor produk mentah. Oleh karena smelter belum dibangun maka beberapa perusahaan tambang tutup. Ini berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar baik. Listrik hanya menyala dari jam 18.00-07.00 WIT bahkan selama satu minggu terakhir ini listrik padam 24 jam. Baru saja menyala tadi malam. Warga yang mampu membeli genset dapat menggunakan listrik dimalam hari namun kebanyakan warga tidak mamp

Jangan Lupa Bahagia

Kisah-kisah dalam Alkitab merupakan kisah yang konsisten walau ditulis oleh orang yang berbeda-beda pada masa yang berbeda pula. Kebiasaan membaca mahakarya ini sudah saya biasakan sejak SD namun belum secara teratur. Sejak beberapa waktu yang lalu ketika saya masih kuliah strata 1 sekitar satu atau dua tahun yang lalu (tulisan ini akan saya update setelah menemukan catatan kapan saya memulai), saya berkeinginan untuk membaca Alkitab secara teratur mulai dari Kejadian sampai dengan Wahyu. Ada beberapa kejadian menarik dalam proses ini. Saya cenderung tidak memahami kitab-kitab sebelum Mazmur namun saya tetap berusaha untuk membaca. Disitu ada quote-quote manarik salah satunya “Didalam tinggal tenang terletak kekuatanku” yang saya baca beberapa hari sebelum ujian skripsi. Ketika membaca kitab Ayub, ada beberapa hal berat yang saat itu terjadi secara bersamaan. Kisah Ayub sangat menguatkan saya menghadapi itu semua. Ayub pun menjadi salah satu tokoh favorit saya yang kisah hi

Trip to East Halmahera

Thank You, God and WVI for making this real Setelah sebulan mengikuti magang di Jakarta, tibalah saatnya untuk MT WVI Batch 16 menjalankan kredo “pergi ke mereka” melalui praktek lapangan. Saya bersama keempat teman lainnya mendapat wilayah ADP Halmahera Timur dan Ternate. Perjalanan ini dimulai dari tanggal 02 Juni 2015 tengah malam. Oleh karena pesawat yang kami tumpangi terbang jam 05.00 maka kami memutuskan untuk begadang di bandara Soetta. A cup of coffee keeps me awake as usual. Sekitar jam 05.00 WIB lebih ditanggal 03 Juni 2015 kami terbang ke Manado setelah berlari-lari menuju pesawat karena sudah boarding kami masih antri check in sehingga hampir terlambat. Perjalanan ke Manado dari Jakarta ditempuh dalam waktu 3 jam. Perbedaan waktu antara Manado dan Jakarta adalah sejam sehingga kami mendarat di sana sekitar pukul 09.00 Wita. Manado menyambut dengan cuaca yang sangat cerah. Langit sangat biru. Taken in Sam Ratulangi Airport, Manado. Kembali

Proses Seleksi MT World Vision Indonesia (WVI)

A proof that there is no coincidence Suatu hari ditanggal 19 Februari 2015, seorang kakak sepupu mengirim pesan lewat bbm bahwa ada lowongan pekerjaan World Vision Indonesia atau Wahana Visi Indonesia (WVI). Posisinya adalah Management Trainee (MT). Saya pun langsung mengirim surat lamaran beserta CV. Saya tertarik dengan pekerjaan ini karena ingin mempunyai pekerjaan yang langsung berhubungan dengan masyarakat dan saya ingin berkontribusi pada daerah asal saya walau belum tahu saya akan ditempatkan dimana. Keesokan harinya, satu hari sebelum saya pulang ke rumah setelah 10 tahun merantau, email saya dibalas oleh HR WVI untuk mengisi beberapa form. Untuk lebih jelas, saya membagi tahapan-tahapan tes ini kedalam beberapa sub-judul: Tes Pengetahuan dan Wawancara Awal Beberapa hari kemudian ketika saya sudah berada di rumah, saya ditelp mengenai program MT ini. Beberapa diantaranya adalah akan ada kelas persiapan (magang) 4 bulan selama Mei-Agustus 2015. Bulan Mei dan

Simplicity

Beberapa menit yang lalu saya menerima email berisi reference letter dari seorang dosen. Selain surat terlampir, ada juga doa agar saya sukses dalam proses seleksi pekerjaan ini ditutup dengan ‘GBU’. Beberapa bulan yang lalu, seorang dosen saya yang lain mengakhiri bimbingan tesis dengan berkata ‘ good luck ya!’ Seperti biasa, saya terharu dengan hal-hal sederhana ini. Hal sederhana pun mendapat bagian tersendiri untuk dapat selalu diingat. Tidak melulu hal besar. Hal kecil yang sederhana, yang menyentuh hati, yang membuat bahagia, yang mampu meredam kekesalan. Sesederhana kata-kata penyemangat dari dosen-dosen. Sesederhana komentar ‘beau-es-ty’ dari seorang teman disalah satu foto saya. Sesederhana komentar ‘beyonstea’ dari seorang sepupu juga disalah satu foto saya. Sesederhana penjual-penjual makanan yang mengingat wajah saya Yang mengingat makanan apa yang saya suka Yang mengingat bahwa saya tidak mau kecap, kol dan saos di nasi goreng saya. Sesederhana m

Sick

Pada suatu malam di Malang, papa menelpon saya dan menanyakan kabar seperti biasa. Saya menjawab, saya sedang sakit demam. Biasanya beliau akan menganjurkan untuk pergi ke dokter, banyak istirahat, minum air putih, minum vitamin c dan sebagainya. Berbeda dari biasanya, pada malam itu beliau menjawab: tidak apa-apa. Namanya manusia pasti pernah sakit, tidak bisa manusia selalu sehat. Saya tertawa. Saya sering tertawa karena perkataan-perkataan lucu dan menghibur yang sering beliau lontarkan Well, it makes sense. Saya belum pernah menemukan manusia yang tidak pernah sakit. Sama seperti kesedihan ada supaya manusia menghargai dan tahu apa itu kebahagiaan, sakit juga seperti itu. Sesekali ada supaya manusia menghargai kesehatan dan menjaganya. Menurut Oxford Dictionary , ada dua pengertian dari ‘sick’ . Pertama, pengertian formal, sick sama dengan ill . Sick dalam pengertian ini sama dengan sick pada cerita saya diatas. Kedua, pengertian informal, bored or annoyed about somet

Pencapaian Tertinggi

Pada suatu wawancara kerja disebuah INGO, saya ditanya mengenai pencapaian tertinggi saat ini. Saya menjawab tanpa banyak berpikir: bisa menyelesaikan S2 dalam waktu singkat (1 tahun dan 3 bulan) dan tulisan saya dimuat di dua koran lokal. Jawaban itu saya utarakan dengan sedikit rasa tidak percaya diri karena mungkin pewawancara akan berpikir 'halah, itu saja disebut pencapaian'. Tapi pada kenyataannya, itulah pencapaian tertinggi saya saat ini. Mengenai opini saya yang dimuat di koran, keduanya tentang garam karena saya menulis tesis tentang komoditas penting satu ini. Opini yang pertama dimuat di Harian Bernas Jogja, sebuah koran lokal di Yogyakarta, dengan judul Peningkatan Daya Saing: Solusi Masalah Impor Garam Indonesia . Opini ini dimuat pada dua edisi yakni tanggal 27 dan 28 November 2014. Saya menganggapnya sebagai hadiah ulang tahun kedua dari saya untuk saya. Hadiah yang pertama adalah di-acc-nya tesis saya untuk diujiankan. Opini kedua dengan judul Garam NTT t

Menjaga Jarak

Memasuki usia 20an, saya menyadari bahwa di dunia ini ada beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Ketidakdapatan ini disebabkan ikatan yang cukup kuat. Agama dan budaya memiliki pengaruh dalam kuatnya ikatan ini. Untuk alasan pribadi, saya tidak dapat menjelaskan contoh hal-hal yang tidak dapat dihindari tersebut. Lagipula, ini mudah ditebak sepertinya. Namun dapat saya katakan bahwa hal ini berkaitan dengan hubungan. Kembali ke pengalaman saya, hubungan yang tidak dapat dihindari ini cukup mengganggu. Interaksi saya tidak leluasa. Jika dapat, saya ingin sekali berlari daripadanya. Tapi tidak mungkin. Saya pun memikirkan dan mendapatkan sebuah solusi: menjaga jarak! Menjaga jarak dari hal yang tidak dapat dihindari. Hingga saat ini, saya belum menemukan solusi lain yang lebih baik. Menjaga jarak ini menurut saya membawa keuntungan bagi saya dan bagi pihak lain tidak membawa kerugian. Cukup adil saya rasa. Semoga. Lalu, bagaimana dengan hal tidak nyaman lainnya yang belu

Minke and I

Tulisan ini mengenai Minke, salah seorang tokoh utama dalam Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Saya baru saja selesai membaca Anak Semua Bangsa yang merupakan buku kedua dari Tetralogi ini. Dalam buku ini, kembali diceritakan tentang Minke yang kurang memahami keadaan masyarakatnya sendiri. Minke adalah orang Jawa keturunan bangsawan yang bersekolah di sekolah milik Belanda. Hal ini turut menyebabkan Minke kurang paham mengenai keadaan masyarakat Jawa itu sendiri. Sehingga Minke pun melakukan observasi untuk lebih mengenal kaumnya. Membaca bagian ini, saya menyadari suatu hal. Ada kesamaan antara saya dan Minke. Saya merantau kurang lebih 10 tahun sejak lulus SMP. Sehingga bisa dikatakan bahwa waktu remaja dan menjelang dewasa saya dihabiskan di Jawa. Padahal waktu ini adalah masa ketika saya sudah cukup mengerti untuk mengamati keadaan sosial dilingkungan sekitar dan belajar daripadanya. Saya pun kurang memahami masyarakat sekitar saya. Seringkali saya tidak paham ses

In Lombok Island

Another priceless experience!  Pada bulan Februari yang lalu tepatnya tanggal 25 Februari 2015, saya berkunjung ke Pulau Lombok yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perjalanan ini dimulai dari Soe, yang merupakan kota kecil tempat tinggal saya. Di Soe belum terdapat Bandar Udara sehingga jika akan bepergian menggunakan pesawat terbang maka harus pergi ke Kupang sejauh 110 km. Walaupun saya tinggal di Soe namun Kupang bukan tempat yang asing karena saya bersama orang tua terbiasa pergi ke ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini sehingga jarak tempuh 3 jam bukan menjadi masalah besar bagi saya. Dikarenakan kesibukan Papa saya sehingga tidak bisa mengantar ke Bandara El Tari di Kupang maka saya menumpang mobil travel yang sedang menjamur disini. Dari Soe saya langsung menuju ke Bandara El Tari. Saya tiba pukul 13.00 karena berangkat lebih awal dengan alasan mobil travel biasanya lama ‘ ngetem ’ Boarding time adalah pukul 16.00 wit. Oleh karena itu, saya akan

Terima Kasih, Jogja!

If you’re brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello Paulo Coelho Waktu kembali mempertemukan saya dengan perpisahan. Kali ini, berpisah dengan kota Yogyakarta dan segala yang besertanya. Satu tahun dan lima bulan saya tinggal di kota yang menyenangkan ini. Sejak kuliah di tingkat Strata II ini, saya ingin pulang dan mengabdi pada tanah kelahiran. Setelah semua urusan perkuliahan beres, saya pun memutuskan untuk pulang dan mencari pekerjaan di kampung halaman pada tanggal 21 Februari yang lalu. Ah, Jogja sangat menyenangkan! Kota ini membuat saya menyukai museum dan semakin menghargai kebudayaan suatu tempat. Sayang, waktu yang saya miliki disana terlalu singkat untuk mengunjungi semua tempat menarik yang ada. Kali ini perpisahan yang tidak terlalu berat. Entah karena waktu yang tidak terlalu lama disana ataukah saya sudah cukup terbiasa dengan perpisahan. Tapi, semua kenangan di Jogja tak terlupakan. Terima kasih, Jogja. Terima kasih UGM,

Managed Floating Plan

Hello! Tulisan pertama ditahun 2015. Tahun 2014, yang penuh dengan sukaduka, ditutup dengan mengerjakan tesis beserta revisi hingga ‘berdarah-darah’. Sampai-sampai harus rela untuk merayakan Natal sendiri ditanah rantau. Benar-benar sendiri. Jika Natal tahun 2013 memang saya yang menginginkan untuk Natal ditanah rantau dan setidaknya masih ada beberapa teman yang juga tidak pulang kampung. Tahun 2015 diawali dengan dipanggilpulangnya Ma Tua terkasih. Ma Tua adalah Mama dari Papa saya. Sedikit cerita tentang Ma Tua, nenek saya ini melahirkan 10 orang anak dan semuanya menjadi orang dengan  kehidupan yang layak. Banyak yang bertanya-tanya apa rahasia kesuksesan itu padahal dulu makanpun sangat susah apalagi sekolah. Lalu akhirnya kita menemukan jawaban: takut akan Tuhan. Ma Tua sudah melayani Tuhan sejak masa mudanya dengan membentuk paduan suara dan bahkan menciptakan lagu. Salah satu lagu ciptaannya dinyanyikan anak, menantu, cucu, cece dan saudara dekat lainnya pada saat pema