Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2015

Menjaga Jarak

Memasuki usia 20an, saya menyadari bahwa di dunia ini ada beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Ketidakdapatan ini disebabkan ikatan yang cukup kuat. Agama dan budaya memiliki pengaruh dalam kuatnya ikatan ini. Untuk alasan pribadi, saya tidak dapat menjelaskan contoh hal-hal yang tidak dapat dihindari tersebut. Lagipula, ini mudah ditebak sepertinya. Namun dapat saya katakan bahwa hal ini berkaitan dengan hubungan. Kembali ke pengalaman saya, hubungan yang tidak dapat dihindari ini cukup mengganggu. Interaksi saya tidak leluasa. Jika dapat, saya ingin sekali berlari daripadanya. Tapi tidak mungkin. Saya pun memikirkan dan mendapatkan sebuah solusi: menjaga jarak! Menjaga jarak dari hal yang tidak dapat dihindari. Hingga saat ini, saya belum menemukan solusi lain yang lebih baik. Menjaga jarak ini menurut saya membawa keuntungan bagi saya dan bagi pihak lain tidak membawa kerugian. Cukup adil saya rasa. Semoga. Lalu, bagaimana dengan hal tidak nyaman lainnya yang belu

Minke and I

Tulisan ini mengenai Minke, salah seorang tokoh utama dalam Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Saya baru saja selesai membaca Anak Semua Bangsa yang merupakan buku kedua dari Tetralogi ini. Dalam buku ini, kembali diceritakan tentang Minke yang kurang memahami keadaan masyarakatnya sendiri. Minke adalah orang Jawa keturunan bangsawan yang bersekolah di sekolah milik Belanda. Hal ini turut menyebabkan Minke kurang paham mengenai keadaan masyarakat Jawa itu sendiri. Sehingga Minke pun melakukan observasi untuk lebih mengenal kaumnya. Membaca bagian ini, saya menyadari suatu hal. Ada kesamaan antara saya dan Minke. Saya merantau kurang lebih 10 tahun sejak lulus SMP. Sehingga bisa dikatakan bahwa waktu remaja dan menjelang dewasa saya dihabiskan di Jawa. Padahal waktu ini adalah masa ketika saya sudah cukup mengerti untuk mengamati keadaan sosial dilingkungan sekitar dan belajar daripadanya. Saya pun kurang memahami masyarakat sekitar saya. Seringkali saya tidak paham ses

In Lombok Island

Another priceless experience!  Pada bulan Februari yang lalu tepatnya tanggal 25 Februari 2015, saya berkunjung ke Pulau Lombok yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perjalanan ini dimulai dari Soe, yang merupakan kota kecil tempat tinggal saya. Di Soe belum terdapat Bandar Udara sehingga jika akan bepergian menggunakan pesawat terbang maka harus pergi ke Kupang sejauh 110 km. Walaupun saya tinggal di Soe namun Kupang bukan tempat yang asing karena saya bersama orang tua terbiasa pergi ke ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini sehingga jarak tempuh 3 jam bukan menjadi masalah besar bagi saya. Dikarenakan kesibukan Papa saya sehingga tidak bisa mengantar ke Bandara El Tari di Kupang maka saya menumpang mobil travel yang sedang menjamur disini. Dari Soe saya langsung menuju ke Bandara El Tari. Saya tiba pukul 13.00 karena berangkat lebih awal dengan alasan mobil travel biasanya lama ‘ ngetem ’ Boarding time adalah pukul 16.00 wit. Oleh karena itu, saya akan

Terima Kasih, Jogja!

If you’re brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello Paulo Coelho Waktu kembali mempertemukan saya dengan perpisahan. Kali ini, berpisah dengan kota Yogyakarta dan segala yang besertanya. Satu tahun dan lima bulan saya tinggal di kota yang menyenangkan ini. Sejak kuliah di tingkat Strata II ini, saya ingin pulang dan mengabdi pada tanah kelahiran. Setelah semua urusan perkuliahan beres, saya pun memutuskan untuk pulang dan mencari pekerjaan di kampung halaman pada tanggal 21 Februari yang lalu. Ah, Jogja sangat menyenangkan! Kota ini membuat saya menyukai museum dan semakin menghargai kebudayaan suatu tempat. Sayang, waktu yang saya miliki disana terlalu singkat untuk mengunjungi semua tempat menarik yang ada. Kali ini perpisahan yang tidak terlalu berat. Entah karena waktu yang tidak terlalu lama disana ataukah saya sudah cukup terbiasa dengan perpisahan. Tapi, semua kenangan di Jogja tak terlupakan. Terima kasih, Jogja. Terima kasih UGM,