Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Stop Body Shaming People

"Saya mau kurus" Ungkap J (Laki-laki, 8 tahun) pada tantenya dipagi itu. Malam sebelumnya, beberapa orang mengatakan bahwa J berbadan besar. Tidak hanya malam itu, hari-hari sebelumnya J juga mendapat pernyataan itu. Saya mengenal J sejak pertama kali pindah ke kota ini sebagai anak yang enerjik, periang dan supel. Bagi saya, J adalah antitesis saya. Selain 3 sifat J diatas, beberapa hal juga saling berkebalikan. Saya dulu mengerjakan PR dengan sukarela. Perlu usaha keras agar J mengerjakan PR. Saya dulu duduk manis di kelas. Perlu upaya agar J duduk diam di kelas. Selain 3 sifat diatas, cara belajar kamipun berbeda. Cerita tentang J dari Tante-nya yang adalah sister-from-another-family saya selalu membuat tertawa sekaligus kagum dengan kehidupan yang bebas dan ceria itu. Namun tidak dengan cerita tentang keinginannya untuk kurus itu. Seorang anak yang enerjik, periang, supel serta cenderung 'malas tahu' (re: 'malas tahu' tidak selalu berarti

Have I Done My Best?

"Jika anda bekerja untuk orang tua, anda selamatkan hari ini. Jika anda bekerja untuk anak muda, anda selamatkan hari esok. Jika anda bekerja untuk anak-anak, anda selamatkan masa depan." Kalimat yang membakar semangat sekaligus membuat saya berpikir ini disampaikan oleh manager saya pada acara Birthday Bounce Back (Perayaan Hari Ulang Tahun Anak) di sebuah desa layanan kami. Wow! Pekerjaan ini saya nikmati, saya sukai, menyelamatkan masa depan pula. Saya adalah seorang perempuan dengan pekerjaan yang dapat menyelamatkan masa depan. Yah walaupun ketika pulang kampung lebih sering ditanya 'kapan menikah' daripada 'bagaimana dengan kerjaannya'. Bekerja untuk anak-anak dalam konteks pekerjaan saya adalah memberdayakan orang tua, pemerintah desa, masyarakat serta anak itu sendiri untuk bersama memperjuangkan kesejahteraan anak. Berjuang tidak lagi dengan bambu runcing tapi lebih kepada membangun kesadaran bersama serta peningkatan kapasitas

Keputusan

Saya percaya bahwa dalam hidup ini segala sesuatu ada 'musim'-nya yang mana saya berproses untuk bertumbuh melalui segala yang terjadi pada 'musim' tersebut. Pada musim penghujan, saya belajar bahwa jika saya tidak menggunakan sepatu dengan bahan tertentu maka sepatu-sepatu saya akan cepat rusak. Pada musim kemarau, saya belajar bahwa langit sangat cerah dan sunset sangat indah sehingga ini adalah waktu yang bagus untuk ke pantai. Pada musim buah Alpukat, jangan pesan Jus Mangga di tempat makan karena biasanya tidak tersedia. Musim selalu berganti. Dinamis. Setiap musim ada waktunya. Ada waktu musim penghujan, musim kemarau, musim Alpukat dan musim lainnya. Ada waktu saya harus menggunakan sepatu tahan air, melihat langit yang cerah dan sunset yang indah di pantai, minum Jus Mangga, dan lainnya. Ada waktu saya ketawa lepas karena cerita menghibur dari teman yang lucu. Ada waktu saya memberikan senyum dengan terpaksa karena tidak punya power untuk meng

Love Will Find the Way

Klise. Mungkin ini kata pertama yang ada dipikiran ketika membaca judul tulisan ini yang juga adalah ungkapan yang mendunia. Percaya atau tidak, saya mengalami ini beberapa bulan yang lalu dan sedang menjalaninya. Suatu hari, handphone saya berdering dalam perjalanan pulang ke kantor setelah memfasilitasi suatu kegiatan di desa. Nomor tidak dikenal muncul dilayar. Karena saya bukan tipe orang yang tidak mau menerima telp dari no tidak dikenal maka saya menerima telp tersebut. Ternyata dari dia yang pernah menyalakan kembang api dihati sekaligus yang pernah meredupnya. Tsah. Kami bicara. Kami menyesal. Kami memaafkan. Kami belajar. Menurut dia, semua orang berhak atas kesempatan kedua. Menurut saya, esensi dari hidup berhubungan dengan orang lain yaitu menerima dan memaafkan. Kami sepakat untuk melanjutkan yang dulu. Saya membaca sebuah artikel menarik di qz.com. " Work at a relationship the way you work at your work. Spend the time. Make the effort."

Menempatkan Diri

Masa mid-year reporting hampir selesai. Sambil menunggu feedback dari para specialist , saya ingin berbagi sesuatu disini. Berbagi melalui tulisan yang sudah sangat jarang saya lakukan. Hidup seperti biasa menyenangkan. Sekarang semakin menyenangkan. Akan saya ceritakan melalui tulisan yang berbeda. Selama bekerja, saya menulis 2 Semi-Annual Report dan 2 Annual Report . Menulis report -terutama Annual Report - ini berasa menulis skripsi. Ada revisi dan sebagainya. Awalnya sangat berat. Setelah saya pahami ritme-nya, jadi sangat menyenangkan. Seperti bermain game , setelah memecahkan sebuah soal, ada soal lain yang harus dipecahkan lagi. Hadiahnya kepuasan karena menulis report yang, menurut saya, memuaskan karena dapat mengakomodir semua review dengan data yang lengkap. Walau masih banyak yang perlu dilengkapi dan terus menerus belajar untuk meningkatkan kualitas. Saya menempatkan diri pada dua posisi yang berbeda dalam masa reporting ini. Posisi saya di org

Mujizat Itu Nyata (?)

Pernyataan dari seorang teman tentang mujizat 5 Roti dan 2 Ikan di Alkitab menyentak saya dipagi itu. Dalam devosi pagi yang dipimpinnya, teman saya itu mengatakan demikian: “ Pada jaman itu, setiap keluarga memiliki kebiasaan membawa makanan mereka sendiri-sendiri sehingga ketika Yesus berdoa bagi 5 roti dan 2 ikan yang dibawakan oleh murid-murid-Nya, tidak dengan serta merta 5 roti dan 2 ikan itu menjadi banyak jumlahnya. Namun, para keluarga lalu berkumpul dengan kelompok yang lain. Ini membuat hubungan menjadi lebih intim sehingga membuat mereka lebih nyaman untuk mengeluarkan bekal makanan mereka yang akhirnya membuat mereka semua mendapatkan makanan dan menjadi kenyang .” Tidak persis seperti ini namun kira-kira begitulah intinya. Saya tercengang. Mujizat 5 roti dan 2 ikan yang sudah saya ketahui sejak di Sekolah Minggu dulu ternyata berbeda. Saya memahami cerita ini sebagai mujizat luar biasa karena dari 5 roti dan 2 ikan saja bisa menjadi sangat banyak bahkan ada