Skip to main content

I Lost My Pen

Sounds like not a big deal, huh?
But it is (for me).
Hehe.

History

Bermula dari ketidaksukaan saya akan gonta-ganti sesuatu yang sebenarnya bisa dipakai berulangkali serta ketidaksukaan dalam pembelian sesuatu yang berulang-ulang padahal bisa dibeli sekali.

Saya memiliki sebuah bolpen yang saya gunakan sejak semester 3 (sekitar tahun 2010).
Awalnya, sahabat karib saya yang menggunakannya duluan dan bilang bahwa bolpen itu enak dipakai. Well, kenyataannya benar-benar enak walau tidak mengubah my-own-font (re: tulisan jelek saya) serapih Times New Roman.
Saya pun membeli. Warna hitam. Tinta 0,5.
Setiap hari saya menggunakan bolpen itu. Jika diperlukan tentunya. Saya sangat menjaga dan memperhatikan keberadaannya karena ketidaksukaan saya diatas.
Suatu ketika saya lupa membawa pulang bolpen itu setelah belajar kelompok. Saya mengirim sms ke teman saya untuk menanyakan bolpen itu. Iya, ini agak tidak sopan tapi ah sudahlah, terlanjur terjadi. Untungnya, teman saya membawa bolpen itu dan mengembalikannya esok hari dengan keheranan.

Bolpen, yang tak bernama itu, melewati berbagai momen dengan saya.
Mulai dari mencatat materi kuliah S1, mengerjakan tugas, menulis semua catatan berbagai les, seminar dan workshop yang saya ikuti, mengisi aplikasi beasiswa, mengisi aplikasi lamaran pekerjaan, mencatat materi kuliah S2 beserta tugas-tugasnya, mencatat materi magang bahkan bolpen ini sudah pernah ke Halmahera Timur dan Ternate hingga membantu saya mengingat semua hal tentang kerjaan melalui catatan-catatan dibuku.
Bahkan penulis favorit saya menggunakan merk bolpen yang sama. Saya senang.
Saking menghargai dan menyukai bolpen ini, saya memberikannya kepada orang yang (pernah) berarti dalam hidup ini dengan harapan kerjaannya lancar dan (untuk saat itu) selalu mengingat saya dalam sibuknya.
Mungkin saya memiliki selera yang berbeda dengan kebanyakan orang dalam memberikan hadiah. Saya cenderung memberikan hal-hal yang saya sukai kepada orang yang berarti bagi saya. Bolpen yang saya suka, karikatur (karena saya tidak bisa menggambar sehingga mengagumi lukisan etc; karikatur berarti karena hand-drawing yang mana segala yang hand-made itu berharga buat saya termasuk kain tenun) serta tulisan di blog (tentu karena saya suka menulis cerita ringan dan sederhana). Saya tidak memberikan hal-hal yang dengan sengaja dihabiskan misalnya makanan. Sehingga, setiap saya menjadi panitia acara dan ada sesi tukar kado maka saya selalu mewajibkan untuk tidak membawa kado makanan. Saya juga jarang (seingat saya tidak pernah) memberi hadiah kue ulang tahun.

Loss

Bolpen itu hilang!
Pada bulan November 2016. Setelah 6 tahun mengabadikan momen bersama.
Saya merasa kehilangan.
Mungkin bagian ini berlebihan tapi saya benar-benar merasa sedih dan kehilangan.
Saya tidak suka berada pada kondisi dimana saya membutuhkan sesuatu dan barang itu tidak ada.
Tidak lama tenggelam dalam rasa sedih, saya pun menuju tempat untuk membeli bolpen itu. Senangnya, di kota tempat saya tinggal ini, ada toko buku itu yang menjual bolpen tersebut!
Saya pun kembali memiliki bolpen yang sama, yang ukurannya tidak asing dijari saya, yang tintanya sesuai keinginan saya, yang tetap tidak membuat my-own-font menjadi Times New Roman.
Ada sedikit perbedaan. Sedikit saja. Mungkin pabrik membuat beberapa perubahan dalam 6 tahun itu. Tapi saya tetap familiar dengan bolpen itu.

Bolpen itu kembali hilang!
Bulan Desember bolpen baru itu kembali hilang setelah dipinjam oleh Papa tercinta. Beliau turut memikirkan dimana bolpen itu karena tahu bahwa bolpen itu walau barang sederhana namun berarti buat saya. Saya merasa lucu pada bagian ini.

Kehilangan ini tidak sampai disini!
Sekembalinya dari libur Natal dirumah, saya langsung membeli lagi yang baru. Tidak ada perbedaan. Semua terasa sama.
Waktu berjalan 2 bulan dan hilang lagi. Tepatnya beberapa hari yang lalu.
Sepulang dari kantor, saya langsung membeli lagi. Tidak ada yang berubah. Masih bolpen yang sama yang familiar dengan jari saya.

Reflection

Bulan ini sedang panen refleksi. Memfasilitasi refleksi baik bagi masyarakat, staf dan mitra adalah salah satu  jobdesc saya.
Untuk menyempurnakan musim refleksi ini, saya juga melakukan refleksi pribadi atas kehilangan bolpen ini.
Bahwa selalu ada pembelajaran dibalik semua kegagalan atau kehilangan.

Ada yang bilang “sesuatu yang pergi, tidak akan sama lagi ketika kembali”.
Saya meragukan ini karena bolpen itu, walau awalnya sedikit beda, namun kembali familiar  dijari saya.

Yang hilang (atau yang pergi) akan digantikan yang lebih baik.
Bolpen yang lama, yang agak kusam, digantikan oleh bolpen yang sama namun lebih ‘mengkilap’.
Entah ‘mengkilap’ karena memang ‘bolpen’ yang baru atau ‘bolpen’ lama yang ‘mengkilap’ karena lebih segar setelah mengambil beberapa waktu untuk berpikir dan menyegarkan pikiran.

“How lucky I am to have something that makes saying good bye so hard – Winnie The Pooh”


Esti Tanaem
Maumere, 08 Maret 2016

Comments