Skip to main content

Road to Yogyakarta: Let’s Begin the Adventure! (Part 1)

Setelah mengalami pergolakan batin akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Jogja dan mengikuti suatu tes yang dianjurkan oleh orang tua saya.
Saya mengurus berkas-berkas secara kilat , H-5 dari deadline, mengirimnya, sampai tepat waktu, disms karena ternyata ada satu berkas yang kurang, saya kirim lagi dan akhirnya dinyatakan lolos administrasi.
Rencana awal apabila saya berangkat sendiri maka saya memilih naik travel saja tapi karena ditemani Vini, adik saya, maka kita putuskan untuk naik Kereta Api karena Vini belum pernah sebelumnya sehingga biarlah ini menjadi pengalaman pertamanya.
Tanggal 3 Juli 2013, saya dan Vini pergi ke stasiun dan membeli tiket kereta. Setibanya disana, tiket kereta eksekutif telah habis terjual begitu pula dengan kereta ekonomi dan kereta ekonomi AC. Yang tersisa adalah kereta bisnis. Kamipun membeli tiket kereta bisnis seharga Rp. 165.000. Mulai bulan Juli 2013 ini, tiket kereta mengalami kenaikan drastis. Teman saya pergi ke Jogja pada bulan Juni 2013 naik kereta eksekutif seharga Rp. 100.000. mungkin karena menjelang lebaran dan sedang libur sekolah sehingga naik menjadi Rp. 240.000. Malamnya packing dengan penuh semangat!
Besoknya tanggal 4 kami berangkat. Kereta dijadwalkan berangkat jam 08.00 dan tiba jam 15.16 sehingga kami berangkat dari kost sekitar jam 06.30 dan tiba distasiun jam 07.00.
Sekitar jam 07.30 kereta datang lalu kami mulai naik ke kereta.
Ini bukan yang pertama naik kereta dan pergi ke Jogja tapi saya sungguh excited karena ini akan menjadi petualangan yang baru. Dulu pernah pergi ke Jogja tapi waktu SMA dan itu pergi dengan Papa dan Kakak jadi kurang “petualangannya”.
Kereta bisnis cukup nyaman walau agak panas karena tidak ber-AC. Tapi bersih dan tidak ada pedagang asongan yang masuk.
Pengalaman menariknya adalah ketika ingin buang air kecil sedangkan kereta sedang melaju dengan kencang. Saya memberanikan diri ke toilet dan berhasil melakukannya walaupun kaki basah kena tumpahan air dari ember. Rasanya itu suatu pencapaian besar hahaha. Toilet dikereta tidak boleh digunakan ketika kereta sedang berhenti, ada larangan dipintu masuknya. Hal ini dikarenakan pembuangannya langsung ke rel sehingga kalau dipakai dalam keadaan berhenti maka stasiun akan sangat bau tentunya. Vini lalu berkata bahwa berarti rel kereta itu sangat kotor dan itu betul ya hahaha. Ada cerita lucu tentang closet di toilet kereta yang pembuangannya langsung ke rel. Seorang anak kecil sekitar umur 1-2 tahun bolak-balik ke toilet karena suka sama closet-nya hahaha. Errr That’s why I wish I had a power to stop children from growing up. They are too cute and too innocent to face the complicated life of  adults lol.
Enaknya naik kereta adalah tidak ada macet. Ketika kereta lewat jalan raya, semua kendaraan harus berhenti dan memberikan kesempatan bagi kereta kecuali bagi yang sudah bosan hidup. Ini adalah bagian yang sangat saya sukai. Rasanya ingin melambaikan tangan ala Miss Universe ketika melewati antrian kendaraan itu ^^v
Dikereta juga dijual makanan jadi bagi yang tidak ingin membawa bekal bisa beli dikereta tapi perlu diketahui bahwa harganya lebih mahal dan rasanya tidak begitu enak.
Kereta melewati beberapa stasiun dan berhenti distasiun-stasiun besar. Seingat saya, kereta melewati Blitar, Madiun dan Solo.
Keretapun tiba di Stasiun Tugu, kamipun turun. Let’s begin the adventure!
Dimulai dari bertanya-tanya dimana letak pintu keluar yang langsung menuju Jalan Malioboro. Jadi Stasiun Tugu ini terletak sangat dekat dengan Jalan Malioboro, sekitar 100 meter. Kami keluar lewat pintu parkiran sepeda motor yang menuju Jalan Pasar Kembang. Jalan Pasar Kembang lalu belok kanan sudah merupakan Jalan Malioboro.
Pencarian penginapan pun dimulai. Saya selalu berprinsip, penginapan itu tidak perlu mahal yang penting nyaman, aman dan bersih karena hanya dipakai buat tidur malam dan mandi saja. Mungkin beda cerita kalau suatu saat saya sudah berpenghasilan hehe.
Sebenarnya ingin menginap di Hotel Trim 1 tapi penuh. Akhirnya dengan bantuan seorang Bapak Ojek kita mendapat penginapan di Losmen Bu Purwo dijalan Sosrowijayan dengan tarif Rp. 175.000 permalam. Fasilitasnya kamar mandi dalam dan tv. Tempatnya cukup nyaman dan bersih untuk harga tersebut.
Setelah meletakkan barang bawaan, kami mulai menelusuri jalan Malioboro sambil mencari penginapan yang sekiranya lebih baik. Ternyata, hotel-hotel disekitar Malioboro itu tidak terlalu mahal terutama di jalan Dagen. Mulai dari Rp. 200.000 hingga Rp.500.000. Tapi karena musim liburan sekolah dan weekend, semuanya penuh hingga hari Minggu tanggal 07. Kami memutuskan untuk tetap di Losmen Bu Purwo. Setidaknya sudah mendapatkan referensi tempat untuk liburan ke Jogja dilain waktu.
Setelah makan malam kami kembali ke penginapan dan beristirahat.
Besoknya berpetualang naik Trans Jogja dan naik bis kota untuk mencari tempat tes. Petugas Trans Jogja sangat ramah. Rata-rata orang Jogja yang saya temui ramah-ramah.
Sorenya, kami naik becak ke The House of Raminten. Saya selalu ingin ketempat ini dan akhirnya tercapai. Makanannya murah dan enak. Pelayannya ehmm cakep-cakep. Tempatnya Jawa banget dengan bau dupa, remang-remang dan musik gamelan. I think it’s a lil bit scary. I consider it as a cukup-datang-sekali place.
Malam minggu tanggal 06, ada Siberian Husky Attraction di ujung jalan Malioboro yang dekat Kantor Pos besar. Ada lomba zig zag, para pemilik anjing memancing anjing mereka dengan makanan atau memanggil nama anjingnya tapi ada seekor anjing bernama Arthur yang dipancing tuannya dengan uang Rp. 2000 hahaha. Sebagai pecinta anjing, Vini sangat bahagia. Dia mau dijilat-jilat tapi saya tidak. Iyuuughhh.


[Continued to Part II]

Comments