Skip to main content

Kenaikan Harga BBM



Sekarang yang jadi hot news di Indonesia adalah masalah kenaikan BBM yang mengalahkan isu serangan Tomcat. Saya bukan orang yang suka nonton tv tapi tau dari beberapa site networking kalau diluar sana beberapa hari terakhir ini dibawah terik matahari berbagai kelompok melakukan unjuk rasa diberbagai tempat di Indonesia. Ada yang juga bersifat anarkis dengan merusak fasilitas umum. Unjuk rasa bukanlah hal yang salah, itu perlu untuk mengeluarkan pendapat tapi jangan sampai merusak fasilitas umum, bertindak anarkis dan menganggu aktivitas pengguna jalan lainnya. Seorang sopir travel pernah bercerita pada saya bahwa beliau pernah terlambat menjemput dan mengantar penumpang karena terjadi demonstrasi dan diomeli penumpang. Kata sopir tersebut, boleh demo tapi jangan sampai pengguna jalan yang lain terganggu secara fatal.

Bicara mengenai isu ini, pendapat pribadi saya sangat menyetujui kenaikan BBM ini. Alasan saya adalah
Pertama, harga minyak mentah naik dan harga bahan bakar minyak di Indonesia adalah termurah di Asia Tenggara. BBM yang murah menjadi salah satu pemicu menjamurnya (mungkin lebih banyak dari jamur pada musim hujan) sepeda motor di Indonesia. Di Jakarta saja, sehari 1000 sepeda motor turun ke jalanan. Bagaimana dengan kota-kota lain di Indonesia? Bumi menjadi semakin panas, pohon-pohon ditebang untuk pembangun, Indonesia yang seharusnya menjadi penyumbang oksigen dunia justru menjadi salah satu penyebab global warming.
Kedua, mengenai rakyat miskin yang sering sekali dibawa-bawa kepentingannya oleh ‘orang kaya’ yang akan bertambah miskin jika BBM naik maka menurut saya jika BBM tetap dibiarkan murah maka akan terjadi moral hazard terus menerus. Sama dengan pengemis yang jika dikasih uang terus-menerus maka seumur hidup ia akan menjadi pengemis dan akan terjebak dalam Lingkaran Setan Pengemis. Saya lebih memilih tidak menerima kembalian Rp. 500 dari sopir angkot, Rp. 1000 dari tukang roti daripada memberi uang kepada pengemis terus-menerus. Sekali-kali bolehlah. Jika mampu membeli kendaraan, sudah seharusnya mampu membeli bahan bakar berapapun harganya. Ini bisa jadi bahan pertimbangan sebelum membeli kendaraan apakah saya mampu membeli bahan bakar. Sama ketika membeli handphone pasti akan membeli pulsa berapapun harganya.
Ketiga, setiap manusia punya naluri untuk mempertahankan hidup yang juga menjadi salah satu dari (6 atau 7 atau 8 (I forgot this Elementary School’s lesson :p)) ciri-ciri makluk hidup. Ketika BBM naik percayalah tidak akan ada kematian karena BBM naik kecuali ada yang minum bensin atau sudah waktunya. Manusia normal seharusnya berusaha lebih keras agar mempertahankan hidup. Ini berlaku bagi bagi seluruh umat manusia baik kaum the have maupun the have not. Saya mempunyai keluarga di desa Naifatu, Kabupaten TTS, Provinsi NTT yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Keadaan jalan yang rawan longsor dan berbatu-batu, air bersih yang jauh, tanah yang gersang dan kering dan kendaraan yang masuk sangat jarang (bis hanya sekali-dua kali seminggu) tapi mereka tetap hidup dan mempunyai keturunan yang sehat sehingga kita masih bisa bertemu bulan desember 2011 yang lalu. Air memang susah, tidak ada listrik, tanah kering tapi mereka bertahan. Ini yang dinamakan naluri mempertahankan hidup. Mereka menanam jagung pada musim hujan, membuat suatu sistem penyimpanan hasil panen dengan diasap agar tidak busuk dan dapat dimakan sepanjang tahun, menanam pisang, ubi-ubian dan sebagainya. Apakah dengan membawa kepentingan rakyat kecil ketika demo menolak kenaikan BBM lalu mereka akan menjadi kaya? Tidak.

Jadi jangan lakukan demo hanya demi sebuah nasi kotak ditanggal tua, duit Rp.50000 atau biar dibilang hebat dan tahan panas (jangan lupa bawa sun block ketika demo #tipsdemo) apalagi hingga merusak fasilitas dan menganggu aktivitas sesama pengguna jalan. BBM naik bukan berarti hidup akan berhenti. BBM naik karena ada alasan dan tujuan walau sekarang belum terlihat hasil dari tujuan tersebut. 

Comments